Kekerasan fisik

Memahami Kekerasan Fisik

Memahami Kekerasan Fisik

Pendahuluan

Kekerasan fisik adalah salah satu bentuk kekerasan yang paling terlihat dan sering kali meninggalkan luka—baik secara jasmani maupun psikologis. Meski banyak yang menganggapnya sebagai masalah pribadi atau “urusan dalam rumah tangga”, kenyataannya kekerasan fisik adalah pelanggaran hak asasi manusia yang serius dan memerlukan perhatian kolektif dari masyarakat, pemerintah, hingga individu.

Dalam blog ini, kita akan membahas apa itu kekerasan fisik, bentuk-bentuknya, dampak yang ditimbulkan, penyebab di baliknya, serta langkah-langkah konkret untuk mencegah dan mengatasinya.

Apa Itu Kekerasan Fisik?

Kekerasan fisik merujuk pada tindakan yang menyebabkan rasa sakit, cedera, atau bahkan kematian pada tubuh seseorang. Tindakan ini bisa berupa pukulan, tendangan, cubitan, dorongan, penggunaan senjata, atau bentuk kekerasan lain yang menyakiti tubuh korban.

Kekerasan fisik bisa terjadi di berbagai konteks:

  • Dalam rumah tangga (kekerasan dalam rumah tangga/KDRT)
  • Di lingkungan sekolah (perundungan/bullying)
  • Di tempat kerja
  • Oleh aparat atau pihak berwenang
  • Dalam hubungan pacaran
Kasus Kekerasan Fisik di Indonesia

Kasus Kekerasan Fisik

Berikut pengalaman saya di tetangga saya

Pada dua tahun terakhir, Siti (nama samaran) telah mengalami kekerasan fisik ekstrem dari suaminya yang telah menikahinya selama tiga tahun. Suaminya bertindak brutal pada 15 Maret 2024 dan memukul wajah dan perut Sieti karena dia ‘terlalu lama memasak’. Korbannya memiliki memar di wajah dan merasa nyeri di perut serta shock psikologis. Siti tidak melapor tentang insiden tersebut dengan alasan takut pada suaminya. Namun, tetangganya memasukkannya ke PPA Unit di Polresta Bandung untuk menerima layanan hukum dan trauma serta diberikan jasa penasihat hukum. Kasus ini diselidiki dan diperiksa sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2004 Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Dampak Kekerasan Fisik

Dampak kekerasan fisik tidak hanya terbatas pada luka luar. Korban sering kali mengalami konsekuensi jangka panjang, baik secara fisik maupun mental:

  • Fisik: Memar, patah tulang, luka dalam, gangguan saraf, hingga kematian.
  • Psikologis: Trauma, kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma (PTSD), rasa rendah diri, dan ketakutan kronis.
  • Sosial: Isolasi sosial, putus sekolah, kehilangan pekerjaan, atau kesulitan membangun hubungan yang sehat.
  • Generasional: Anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan cenderung meniru pola tersebut di masa depan.

Akar Masalah: Mengapa Kekerasan Fisik Terjadi?

Kekerasan fisik bukanlah hasil dari “emosi yang tak terkendali” semata. Ia sering kali merupakan manifestasi dari:

  • Ketimpangan kekuasaan (misalnya antara suami-istri, orang tua-anak, atasan-bawahan)
  • Norma sosial yang mentolerir kekerasan (misalnya anggapan bahwa “memukul istri itu wajar”)
  • Stres ekonomi atau tekanan hidup
  • Pengaruh alkohol atau narkoba
  • Kurangnya edukasi tentang komunikasi sehat dan resolusi konflik
  • Trauma masa lalu yang tidak ditangani

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Untuk Korban:

  • Jangan menyalahkan diri sendiri. Kekerasan bukan salah Anda.
  • Cari bantuan: keluarga terpercaya, teman, atau lembaga seperti Kemen PPPA atau LBH Apik.
  • Jika dalam bahaya segera, hubungi layanan darurat: 112 (layanan darurat nasional) atau 129 (layanan pengaduan KDRT).

Untuk Masyarakat:

  • Jangan diam. Jika melihat kekerasan, laporkan atau bantu korban dengan aman.
  • Edukasi diri dan orang lain tentang hak asasi dan hubungan yang sehat.
  • Dukung kebijakan dan program pencegahan kekerasan di lingkungan sekitar.

Untuk Pelaku (yang ingin berubah):

Mengakui perilaku kekerasan adalah langkah pertama. Cari bantuan profesional seperti konselor atau psikolog untuk mengelola emosi dan belajar pola interaksi yang sehat.

Ingat: Kekerasan fisik tidak pernah bisa dibenarkan—dalam alasan apa pun. Setiap orang berhak hidup bebas dari rasa takut dan ancaman.

Penutup

Untuk mengakhiri kekerasan fisik, kita perlu banyak kesadaran, keberanian, dan kerja sama. Kita bisa memberdayakan kecenderungan dengan memahami akar dari para pelaku dan dengan melindungi dan mendukung para korban. Ini pada gilirannya dapat membantu kita menciptakan lingkungan yang lebih aman dan penuh empati bagi kehidupan yang ada dan akan datang: jika Anda, atau seseorang yang Anda tahu, telah menjadi korban kekerasan, ingatlah bahwa Anda tidak sendirian.

© 2025 Blog Bhisma. Konten ini bertujuan untuk edukasi, pencegahan dan nilai dari Bu elik. Untuk bantuan darurat, segera hubungi pihak berwenang.

Comments

  1. Jangan ada tindak kekerasan di sekitar kita. Jika ketemu maka segera laporkan

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tutorial Bermain Catur by Bhisma

Pengalaman pribadi